03.06
APA YANG DI MAKSUD
PENALARAN
Penalaran
merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa,
bersikap, dan bertindak. Sikap dan yang bersumber pada pengetahuan yang
didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang diartikan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan,
meskipun seperti dikatakan Pascal, hati pun mempunyai logika tersendiri.
Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir
menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir
yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa
yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh sebab itu
kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga
berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang
disebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan
landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Penalaran merupakan suatu
proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria
kebenarannya masing-masing.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu.
Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat
disebut logika. Dalam hal ini maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk
penalaran mempunyai logikanya tersendiri. Atau dapat juga disimpulkan bahwa
kegiatan penalaran merupakan satu proses berpikir logis, di mana berpikir logis
di sini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu,
atau dengan perkataan lain, menurut logika tertentu. Hal ini patut kita sadari
bahwa berpikir logis itu mempunyai konotasi yang bersifat jamak (plurar) dan
bukan tunggal (singular). Suatu kegiatan berpikir bisa disebut logis ditinjau
dari suatu logika tertentu, dan mungkin tidak Iogis bila ditinjau dari sudut
logika yang lain. Hal ini scring menimbulkan gejala apa yang dapat kita sebut
sebagai kekacauan penalaran yang tidak konsistennya kita dalam mernpergunakan
pola berpikir tertentu.
Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat anaditik dari proses berpikirnya
penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu
analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah
logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu
kegiatan analisis yarg mempergunakan logika ilmiah, dari demikian juga
penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya tersendiri pula. Sifat analitik
ini, kalau kita kaji lebih jauh, merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola
berpikir tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan,
sebab pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu.
Dilihat dari segi etimologi, perkataan logika berasal dari bahasa Yunani logic
kata sifat” yang berhubungan dengan kata benda logo yang artinya pikiran atau
kata yang sebagai pernyataan dari pikiran itu. Hal ini menunjukkan kepada kita
adanya hubungan erat antara pikiran dengan kata yang merupakan pernyataan dalam
bahasa. Kata pikiran tidaklah asing bagi kita dan kita mengetahui apa arti
berpikir pada umumnya. Berpikir adalah suatu kegiatan jiwa untuk mencapai
pengetahuan.
Logika secara terminology mempunyai arti adalah ilmu yang memberikan
aturan-aturan berpikir valid (sahih), artinya ilmu yang memberikan
prinsip-prinsip yang harus diikuti supaya logika dapat digolongkan kebenaran
ilmu normatif karena dia tidak membicarakan berfikir sebagaimana adanya
melainkan membeicarakan bagaimana seharusnya syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam berpikir mencapai gagasan kebenaran itu.
Pokok-pokok persoalan logika adalah pemikiran dan beberapa proses pembantunya.
Ilmu dengan cara yang sistematis mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk dapat berpikir secara valid, dapat menghindari serta mengetahui
kesalahn-kesalahan yang terjadi. CONTOH GAGASAN YANG
BERSIFAT ILMIAH
Pada kesempatan kali ini saya akan mengulas tentang apa itu karya tulis ilmiah dan berbagai contoh karya tulis ilmiah yang bisa anda download secara gratis.
Dalam menulis karya ilmiah memang diperlukan suatu keahliah dalam bidang
menulis. Selanjutnya aktivitas menulis itu tidak bisa dipisahkan dengan tradisi
membaca karena kita mendapat inspirasi dan ide untuk menuliskan sesuatu salah satunya
dari membaca. Oleh karenanya bagi remaja, lebih baik dikembangkan aktivitas
membaca terlebih dahulu, baru kemudian aktivitas menulis. Baiklah langsung saja
mari kita bahas tentang pengertian karya tulis ilmiah dan contoh karya tulis ilmiah.
PERBEDAAN CARA BRPIKIR DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Berpikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa
Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan
dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang
umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari
pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang
dinamakan silogismus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Berpikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari
sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum
yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang
bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang
lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum(filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang
digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum
yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang
belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang
memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu,
tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena
beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka
sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari
penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait
dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional
ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara
empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak.
Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional
yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini
biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan
mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui
sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai
memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah
suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis
tersebut dapat diterima atau ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan penalaanr
induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.
PERBEDAAN KARANGAN ILMIAH DAN
NON IMIAH
Istilah
karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui
orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga
sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya,
kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang
dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
- Karya ilmiah harus merupakan
pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif
adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian
ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
- Karya ilmiah bersifat metodis
dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau
cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol
melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
- Dalam pembahasannya, tulisan
ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis
dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan
inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan
pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas,
terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli
bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan
ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang
membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada
pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah
digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan
semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari.
Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian
istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari
segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan
dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah
agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah
memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan
semiilmiah.
Berdasarkan karakteristik
karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang
tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis,
disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature,
kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot,
dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat
bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta
umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya
bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya
nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya
nonilmiah bersifat, antara lain :
- Emotif : merupakan kemewahan
dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan
sedikit informasi
- Persuasif : merupakan penilaian
fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap
cara berfikir pembaca dan cukup informative
- Deskriptif : merupakan pendapat
pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan
- Jika kritik adakalanya tanpa
dukungan bukti.
Pengertian
Karya Tulis Ilmiah dan Contoh Karya Ilmiah
0 komentar:
Posting Komentar